Papua adalah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Papua atau bagian paling timur wilayah Papua milik Indonesia. Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini. Provinsi Papua sebelumnya bernama Irian Jaya yang mencakup seluruh wilayah Papua Bagian barat. Sejak tahun 2003, dibagi menjadi dua provinsi dengan bagian timur tetap memakai nama Papuasedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat. Papua memiliki luas 808.105 km persegi dan merupakan pulau terbesar kedua di dunia dan terbesar pertama di Indonesia.
"TANAH YANG TERLUPAKAN DIMAKAN KERAKUSAN"
"kerakusan media massa, dan pemerintah indonesia, menutupi hal hal sampai kita terlupakan masig ada segelintir surga yang diberikan ke bumi Indonesia, maka dengan latar belakang seperti itu, saya menyajikan berbagai adat-istiadat yang ada di Papua[Irian Jaya] dan dalam rangka pemenuhan tugas Ilmu Budaya Dasar"
Jika dilihat-lihat kembali Banyak adat istiadat di Papua[Irian Jaya] mulai dari Suku-suku, Makanan, Upacara Adat, Rumah Adat, Sampai Tarian adat.
1. SUKU
b. Suku Asaro
Tradisi potong jari ini terjadi di papua, kesedihan saat telah ditinggal pergi oleh orang yang dicintai dan kehilangan salah satu anggota keluarga sangat perih. Berlinangan air mata dan perasaan kehilangan begitu mendalam. Terkadang butuh waktu yang begitu lama untuk mengembalikan kembali perasaan sakit kehilangan dan tak jarang masih membekas dihati. Lain halnya dengan masyarakat pegunungan tengah Papua yang melambangkan kesedihan lantaran kehilangan salah satu anggota keluarganya yang meninggal tidak hanya dengan menangis saja. Melainkan ada tradisi yang diwajibkan saat ada anggota keluarga atau kerabat dekat seperti; suami,istri, ayah, ibu, anak dan adik yang meninggal dunia. Tradisi yang diwajibkan adalah tradisi potong jari. Jika kita melihat tradisi potong jari dalam kekinian pastilah tradisi ini tidak seharusnya dilakukan atau mungkin tradisi ini tergolong tradisi ekstrim. Akan tetapi bagi masyarakat pegunungan tengah Papua, tradisi ini adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan. Mereka beranggapan bahwa memotong jari adalah symbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang kehilangan sebagian anggota keluarganya.Bisa diartikan jari adalah symbol kerukunan, kebersatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga. Walaupun dalam penamaan jari yang ada ditangan manusia hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga yaitu Ibu jari. Akan tetapi jika dicermati perbadaan setiap bentuk dan panjang memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk meringankan semua beban pekerjaan manusia. Satu sama lain saling melengkapi sebagai suatu harmonisasi hidup dan kehidupan. Jika salah satu hilang, maka hilanglah komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan
C. Bakar Batu
Pesta Bakar Batu mempunyai makna tradisi bersyukur yang unik dan khas. dan merupakan sebuah ritual tradisional Papua yang dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur atas berkat yang melimpah, pernikahan, penyambutan tamu agung, dan juga sebagai upacara kematian. Selain itu, upacara ini juga dilakukan sebagai bukti perdamaian setelah terjadi perang antar-suku.
Sesuai dengan namanya, dalam memasak dan mengolah makanan untuk pesta tersebut, suku-suku di Papua menggunakan metode bakar batu. Tiap daerah dan suku di kawasan Lembah Baliem memiliki istilah sendiri untuk merujuk kata bakar batu. Masyarakat Paniai menyebutnya dengan gapii atau ‘mogo gapii‘, masyarakat Wamena menyebutnya kit oba isago, sedangkan masyarakat Biak menyebutnya dengan barapen. Namun tampaknya barapen menjadi istilah yang paling umum digunakan.
Pesta Bakar Batu juga merupakan ajang untuk berkumpul bagi warga. Dalam pesta ini akan terlihat betapa tingginya solidaritas dan kebersamaan masyarakat Papua. Makna lain dari pesta ini adalah sebagai ungkapan saling memaafkan antar-warga.
Prosesi Pesta Bakar Batu biasanya terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, bakar babi, dan makan bersama. Tahap persiapan diawali dengan pencarian kayu bakar dan batu yang akan dipergunakan untuk memasak. Batu dan kayu bakar disusun dengan urutan sebagai berikut, pada bagian paling bawah ditata batu-batu berukuran besar, di atasnya ditutupi dengan kayu bakar, kemudian ditata lagi batuan yang ukurannya lebih kecil, dan seterusnya hingga bagian teratas ditutupi dengan kayu. Kemudian tumpukan tersebut dibakar hingga kayu habis terbakar dan batuan menjadi panas. Semua ini umumnya dikerjakan oleh kaum pria.
Jika dilihat dari karakteristik budaya, mata pencaharian dan pola kehidupannya, penduduk asli Papua itu dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu Papua pegunungan atau pedalaman, dataran tinggi dan Papua dataran rendah dan pesisir. Pola kepercayaan agama tradisional masyarakat Papua menyatu dan menyerap ke segala aspek kehidupan, mereka memiliki suatu pandangan dunia yang integral yang erat kaitannya satu sama lain antar dunia yang material dan spiritual, yang sekuler dan sakral dan keduanya berfungsi bersama-sama.
Berikut 11 Suku-suku Asli Papua :
a. Suku Huli
Suku Huli juga salah satu suku terbesar Suku Papua. Mereka melukis wajah mereka dengan warna kuning, merah dan putih. Mereka terkenal dengan tradisi mereka yang membuat wig dari rambut mereka sendiri. Alat seperti kapak dengan cakar juga tak ketinggalan melengkapi mereka agar menambah kesan menakutkan. Kesimpulannya, banyak sekali suku yang mendiami pulau papua ini. Sebagian dari mereka memiliki keunikan tersendiri daripada suku lainnya.
Suku Huli juga salah satu suku terbesar Suku Papua. Mereka melukis wajah mereka dengan warna kuning, merah dan putih. Mereka terkenal dengan tradisi mereka yang membuat wig dari rambut mereka sendiri. Alat seperti kapak dengan cakar juga tak ketinggalan melengkapi mereka agar menambah kesan menakutkan. Kesimpulannya, banyak sekali suku yang mendiami pulau papua ini. Sebagian dari mereka memiliki keunikan tersendiri daripada suku lainnya.
b. Suku Asaro
Sejumlah suku yang berbeda telah hidup tersebar di dataran tinggi selama 1000 tahun, di klan agraria yang kecil, terisolasi oleh medan yang keras dan terbagi dengan bahasa, adat dan tradisi. Suku lumpur Asaro (Asaro Mudmen) yang legendaris pertama kali bertemu dengan dunia Barat pada pertengahan abad ke-20.
Legenda mengatakan bahwa Mudmen terpaksa mengungsi dari musuh ke Sungai Asaro di mana mereka menunggu sampai senja untuk melarikan diri. Asaro masih menerapkan lumpur dan masker untuk menjaga ilusi hidup dan menakut-nakuti suku lainnya.
c. Suku Kalam
Bagian timur pulau Papua memperoleh kemerdekaan penuh dari Australia pada tahun 1975, dan lahirlah negara Papua Nugini.
Para pendatang asing pertama terkesan saat menemukan lembah kebun yang direncanakan dengan hati-hati dan saluran irigasi. Para wanita dari suku-suku adalah petani biasa.
Para pria berburu dan melawan suku-suku lain untuk babi dan perempuan. Upaya besar dilakukan untuk mengesankan musuh dengan topeng menakutkan, wig dan cat.
d. Suku Goroka
Penduduk pribumi pulau terbesar kedua di dunia ini adalah salah satu yang paling heterogen di dunia. Medan yang keras dan perang antar suku sepanjang sejarah mereka telah menyebabkan isolasi desa dan proliferasi bahasa yang berbeda.
Mereka hidup sederhana di desa-desa mereka. Para penduduk memiliki banyak makanan yang baik , keluarga dan menghormati keajaiban alam. Perang suku adalah hal biasa.
e. Suku Yali
Salah satu suku yang mendiami wilayah Lembah Baliem, di tengah-tengah pegunungan Jayawijaya Papua Indonesia, adalah Yali. Mereka hidup di hutan-hutan perawan dataran tinggi.
Yali secara resmi diakui sebagai pigmi, karena rata-rata tinggi laki-laki nya hanya 150 cm . Suku-suku Papua, yang berbeda dalam penampilan dan bahasa, memiliki cara hidup yang garis besarnya sama.
Mereka semua poligamis dan melakukan ritual untuk acara-acara penting di mana pertukaran timbal balik hadiah wajib dilakukan. Koteka, penis labu, adalah bagian dari pakaian tradisional digunakan untuk membedakan identitas kesukuan.
f. Suku Korowai
Selatan pegunungan Jayawijaya Papua Indonesia terdapat area luas dari dataran rendah. Daerah ini mengakomodasi segudang sungai membentuk rawa, lahan basah dan hutan mangrove. Ini adalah habitat dari Korowai, suku yang sampai awal 1970-an , percaya bahwa mereka adalah satu-satunya manusia di bumi.
Korowai adalah salah satu dari sedikit suku Papua yang tidak mengenakan Koteka. Sebaliknya, pria ‘ menyembunyikan’ penis mereka di scrotums mereka, dimana daun kemudian diikat erat . Mereka adalah pemburu-pengumpul, yang tinggal di rumah pohon. Mereka mematuhi separatisme yang ketat antara pria dan wanita.
g. Suku Dani
Suku Dani adalah salah satu dari sekian banyak suku bangsa yang terdapat atau bermukim atau mendiami wilayah Pegunungan Tengah, Papua, Indonesia dan mendiami keseluruhan Kabupaten Jayawijaya serta sebagian kabupaten Puncak Jaya.
Mereka mendiami satu wilayah di Lembah Baliem yang dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan telah menggunakan alat/perkakas yang pada awal mula ditemukan diketahui telah mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang terkenal sangat kuat dan berat.
Suku Dani masih banyak mengenakan ”koteka” (penutup kemaluan pria) yang terbuat dari kunden/labu kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari rumput/serat dan tinggal di “honai-honai” (gubuk yang beratapkan jerami/ilalang). Upacara-upacara besar dan keagamaan, perang suku masih dilaksanakan (walaupun tidak sebesar sebelumnya).
Suku Dani Papua pertama kali diketahui di Lembah Baliem diperkirakan sekitar ratusan tahun yang lalu. Banyak eksplorasi di dataran tinggi pedalaman Papua yang dilakukan. Salah satu diantaranya yang pertama adalah Ekspedisi Lorentz pada tahun 1909-1910 (Belanda), tetapi mereka tidak beroperasi di Lembah Baliem.
h. Suku Bauzi
Suku Bauzi atau orang Baudi merupakan satu dari sekitar 260-an suku asli yang kini mendiami Tanah Papua. Oleh lembaga misi dan bahasa Amerika Serikat bernama Summer Institute of Linguistics (SIL), suku ini dimasukan dalam daftar 14 suku paling terasing.
Sebagai suku yang menempati kawasan terisolir, sebagian lelaki Bauzi masih mengenakan cawat. Ini berupa selembar daun atau kulit pohon yang telah dikeringkan lalu diikat dengan tali pada ujung alat kelamin.
Mereka juga memasang hiasan berupa tulang pada lubang hidung. Sedangkan para wanita mengenakan selembar daun atau kulit kayu yang diikat dengan tali di pinggang untuk menutupi auratnya. Tapi tidak mengenakan penutup dada.
Pada acara pesta adat dan penyambutan tamu, kaum lelaki dewasa akan mengenakan hiasan di kepala dari bulu kasuari dan mengoles tubuh dengan air sagu. Sebagian besar suku ini masih hidup pada taraf meramu, berburu dan semi nomaden (berpindah-pindah.
i. Suku Amungme
Suku Amungme adalah kelompok Melanesia terdiri dari 13.000 orang yang tinggal di dataran tinggi Papua Indonesia.
Mereka menjalankan pertanian berpindah, menambahnya dengan berburu dan mengumpul. Amungme sangat terikat kepada tanah leluhur mereka dan menganggap sekitar gunung suci.
Gunung yang dijadikan pusat penambangan emas dan tembaga oleh PT. Freeport Indonesia merupakan gunung suci yang di agung-agungkan oleh masyarakat Amungme, dengan nama Nemang Kawi.
Nemang artinya panah dan kawi artinya suci. Nemang Kawi artinya panah yang suci (bebas perang] perdamaian. Wilayah Amungme di sebut Amungsa.
j. Suku Asmat
Suku Asmat adalah nama dari sebuah suku terbesar dan paling terkenal di antara sekian banyak suku yang ada di Papua, Irian Jaya, Indonesia.
Salah satu hal yang membuat suku asmat cukup dikenal adalah hasil ukiran kayu tradisional yang sangat khas. Beberapa ornamen / motif yang seringkali digunakan dan menjadi tema utama dalam proses pemahatan patung yang dilakukan oleh penduduk suku asmat adalah mengambil tema nenek moyang dari suku mereka, yang biasa disebut mbis.
Namun tak berhenti sampai disitu, seringkali juga ditemui ornamen / motif lain yang menyerupai perahu atau wuramon, yang mereka percayai sebagai simbol perahu arwah yang membawa nenek moyang mereka di alam kematian. Bagi penduduk asli suku Asmat, seni ukir kayu lebih merupakan sebuah perwujudan dari cara mereka dalam melakukan ritual untuk mengenang arwah para leluhurnya.
Ada banyak pertentangan di antara desa berbeda Asmat. Yang paling mengerikan adalah cara yang dipakai Suku Asmat untuk membunuh musuhnya. Ketika musuh dibunuh, mayatnya dibawa ke kampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk dimakan bersama.
Mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggalkan kepalanya. Otaknya dibungkus daun sago yang dipanggang dan dimakan. Namun hal ini sudah jarang terjadi bahkan hilang resmi dari ingatan.
k. Suku Muyu
Suku Muyu adalah suku asli Papua yang hidup dan berkembang di Kabupaten Boven Digoel, Papua. Nenek moyang suku Muyu jaman dulu, tinggal di daerah sekitar sungai Muyu yang terletak di sebelah Timur laut Merauke. Tersebar di beberapa desa. Oleh beberapa anthropologist, Suku Muyu disebut “primitive capitalists”.
Suku Muyu dianggap sebagai suku pedalaman yang paling pintar. Orang Suku Muyu menduduki mayoritas posisi penting dalam struktur birokrasi Boven Digoel. Dari lebih kurang 1.800 pegawai negeri sipil, sekitar 45 persennya dari Suku Muyu.
Beberapa menjadi bupati. Mereka hemat, bekerja lebih keras dibandingkan suku lain dan sangat menghargai pendidikan. Orang Muyu juga menyebut dirinya sendiri dengan istilah Kati yang artinya “manusia yang sesungguhnya”.
2. MAKANAN
A. Kue Lontar
Kue yang bentuknya serupa dengan pie susu atau cheesetart ini merupakan olahan susu dan gula.
B. Ikan Bakar Manokwari
Ikan Bakar Manokawari, merupakan makanan khas Manokwari, Papua. Merupakan olahan ikan tongkol diberi sambal khas Papua.
C. Ikan Bungkus
Ikan ini disajikan dengan bumbu teramat kaya akan rempahnya, memiliki aroma yang kuat. Proses pembuatannya dibakar di atas api kecil.
D. Sagu Lempeng
Sagu Lempeng merupakan kue yang umum ditemukan di Papua, bersala dari olahan sagu dan memiliki struktur kue yang keras.
E. Papeda
Papeda adalah makanan berupa bubur sagu khas Maluku dan Papua yang biasanya disajikan dengan ikan tongkol atau mubara yang dibumbui dengan kunyit. Papeda berwarna putih dan bertekstur lengket menyerupai lem dengan rasa yang tawar. Papeda merupakan makanan yang kaya serat, rendah kolesterol
F. Udang Selingkuh
Di Papua Barat, udang dengan bentuk besar seperti kepiting ini dimasak hingga dinamakan Udang Selingkuh. Hal ini karena bentuk capitnya yang menyerupai kepiting, sehingga disebut seakan selingkuh.
G. Sate Ulat Sagu
Makanan olahan Ulat Sagu ini dapat meningkatkan energi dengan kadar kolesterol yang rendah. Cita rasa sate ulat sagu ini terasa manis dan asin, serta dengan tekstur yang Kenyal
F. Abon Gulung
Kalau satu ini merupakan oleh-oleh khas Papua. Mmerupakan abon yang digulung dan diisi ayam, cokelat, stroberi, dan masih banyak lagi. Jika dilihat dari bentuk, kue ini hampir serupa dengan bolu gulung namun terbuat dari bahan yang berbeda.
G. Sarang Semut
Sayuran khas Papua ini mirip dengan sarang semut. Sarang semut merupakan suatu genus tanaman mirmekofita epifit yang berasal dari Asia Tenggara dan kepulauan besar yang terbentang sampai Queensland, Australia. Makanan ini berupa obat yang dapat mengobati beberapa penyakit.
10. Sambal Colo-colo
Asal dari sambal ini sebenarnya berasal dari kota Ambon dan Manado. Namun menariknya, sambal ini banyak ditemukan di Papua. Memilik rasa pedas yang khas, serta memiliki sedikit rasa asam dari kandungan jeruk nipis.
3. UPACARA ADAT
Upacara adat adalah suatu upacara yang dilakukan secara turun-temurun yang berlaku di suatu daerah. Dengan demikian, setiap daerah memiliki upacara adat sendiri-sendiri.
Berikut adalah beberapa upacara adat di Papua :
A. Tanam Sasi
Di suku Marin, Kabupaten Merauke, terdapat upacara Tanam Sasi, sejenis kayu yang dilaksanakan sebagai bagian dari rangkaian upacara kematian. Sasi ditanam 40 hari setelah kematian seseorang dan akan dicabut kembali setelah 1.000 hari. Budaya Asmat dengan ukiran dan souvenir dari Asmat terkenal hingga ke mancanegara. Ukiran Asmat memiliki empat makna dan fungsi, masing-masing:1. Melambangkan kehadiran roh nenek moyang;2. Untuk menyatakan rasa sedih dan bahagia;3. Sebagai lambang kepercayaan dengan motif manusia, hewan, tumbuhan dan benda-benda lain;4. Sebagai lambang keindahan dan gambaran memori nenek moyang.
B. Potong JariTradisi potong jari ini terjadi di papua, kesedihan saat telah ditinggal pergi oleh orang yang dicintai dan kehilangan salah satu anggota keluarga sangat perih. Berlinangan air mata dan perasaan kehilangan begitu mendalam. Terkadang butuh waktu yang begitu lama untuk mengembalikan kembali perasaan sakit kehilangan dan tak jarang masih membekas dihati. Lain halnya dengan masyarakat pegunungan tengah Papua yang melambangkan kesedihan lantaran kehilangan salah satu anggota keluarganya yang meninggal tidak hanya dengan menangis saja. Melainkan ada tradisi yang diwajibkan saat ada anggota keluarga atau kerabat dekat seperti; suami,istri, ayah, ibu, anak dan adik yang meninggal dunia. Tradisi yang diwajibkan adalah tradisi potong jari. Jika kita melihat tradisi potong jari dalam kekinian pastilah tradisi ini tidak seharusnya dilakukan atau mungkin tradisi ini tergolong tradisi ekstrim. Akan tetapi bagi masyarakat pegunungan tengah Papua, tradisi ini adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan. Mereka beranggapan bahwa memotong jari adalah symbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang kehilangan sebagian anggota keluarganya.Bisa diartikan jari adalah symbol kerukunan, kebersatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga. Walaupun dalam penamaan jari yang ada ditangan manusia hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga yaitu Ibu jari. Akan tetapi jika dicermati perbadaan setiap bentuk dan panjang memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk meringankan semua beban pekerjaan manusia. Satu sama lain saling melengkapi sebagai suatu harmonisasi hidup dan kehidupan. Jika salah satu hilang, maka hilanglah komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan
C. Bakar Batu
Pesta Bakar Batu mempunyai makna tradisi bersyukur yang unik dan khas. dan merupakan sebuah ritual tradisional Papua yang dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur atas berkat yang melimpah, pernikahan, penyambutan tamu agung, dan juga sebagai upacara kematian. Selain itu, upacara ini juga dilakukan sebagai bukti perdamaian setelah terjadi perang antar-suku.
Sesuai dengan namanya, dalam memasak dan mengolah makanan untuk pesta tersebut, suku-suku di Papua menggunakan metode bakar batu. Tiap daerah dan suku di kawasan Lembah Baliem memiliki istilah sendiri untuk merujuk kata bakar batu. Masyarakat Paniai menyebutnya dengan gapii atau ‘mogo gapii‘, masyarakat Wamena menyebutnya kit oba isago, sedangkan masyarakat Biak menyebutnya dengan barapen. Namun tampaknya barapen menjadi istilah yang paling umum digunakan.
Pesta Bakar Batu juga merupakan ajang untuk berkumpul bagi warga. Dalam pesta ini akan terlihat betapa tingginya solidaritas dan kebersamaan masyarakat Papua. Makna lain dari pesta ini adalah sebagai ungkapan saling memaafkan antar-warga.
Prosesi Pesta Bakar Batu biasanya terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, bakar babi, dan makan bersama. Tahap persiapan diawali dengan pencarian kayu bakar dan batu yang akan dipergunakan untuk memasak. Batu dan kayu bakar disusun dengan urutan sebagai berikut, pada bagian paling bawah ditata batu-batu berukuran besar, di atasnya ditutupi dengan kayu bakar, kemudian ditata lagi batuan yang ukurannya lebih kecil, dan seterusnya hingga bagian teratas ditutupi dengan kayu. Kemudian tumpukan tersebut dibakar hingga kayu habis terbakar dan batuan menjadi panas. Semua ini umumnya dikerjakan oleh kaum pria.
D. Upacara Pernikahan
Upacara perkawinan suku-suku di Papua memang ada yang sama dan ada pula yang berbeda. Berikut ini akan dijelaskan adat upacara perkawinan oleh Suku Biak di kabupaten Biak Numfor, Papua.
Melamar
Di Biak ada dua macam cara melamar. Cara yang pertama dinamakan Sanepen, yaitu pinangan yang dilakukan oleh pihak orang tua sewaktu anaknya masih kecil. Cara melamar yang kedua disebut fakfuken, yaitu pinangan yang dilakukan oleh orang tua pria setelah anak berumur 15 tahun ke atas.
Mula-mula, pihak pria akan mendatangi pihak wanita untuk mengadakan lamaran secara resmi dengan membawa kaken, yaitu bawaan sebagai tanda perkenalan. Bila lamaran telah disetujui pihak wanita pun akan memberikan kaken pula.
Kedua pihak kemudian berembuk mengenai mas kawin. Dahulu mas kawin itu berupa kamfar, yaitu gelang dari kulit kerang atau bahkan perahu. Namun, sekarang berupa roibena (bahan berwarna hitam), porselen Cina, dan gelang perak. Selanjutnya, kedua keluarga menetapkan hari perkawinan.
Persiapan dan Upacara Pernikahan
Sehari sebelum hari pernikahan, masing-masing pihak mengadakan samrem, yaitu acara makan bersama semua saudara laki-laki dari pihak ibu. Keesokan paginya keluarga wanita menghias sang gadis sesuai adat dan membawa wanita dengan arakan ke rumah pengantin pria.
Setibanya di tangga rumah pengantin pria, pengantin wanita didukung oleh bibinya dengan roibena. Kemudian pengantin wanita memberi uang kepada bibinya dan sang bibi memberikan roibena tadi kepada pengantin wanita. Pengantin wanita memberi lagi roibena baru kepada sang bibi.
Setelah itu, pihak wanita memberikan asyawer, yaitu seperangkat senjata berupa tombak, panah, dan parang kepada pihak pria. Pihak pria harus menebusnya dengan asyawer pula, baru acara pernikahan dapat dilanjutkan.
Upacara dilakukan oleh kepala adat. Mula-mula kepala adat memberikan sebatang rokok untuk diisap pengantin pria dan selanjutnya diisap pengantin wanita. Kemudian kedua mempelai saling menyuapi makanan dengan ubi atau talas bakar. Dengan demikian selesailah upacara pernikahan dan kedua mempelai sah sebagai suami istri. Pemberkatan pernikahan oleh kepala adat disebut wafer. Acara ditutup dengan makan bersama.
5. RUMAH ADAT
Selain kebiasaan sehari-hari, rumah adat Papua memiliki bentuk dan filosofis yang berbeda, material untuk membangun rumah adat pun tidak sama. Hal ini justru menjadikan Papua semakin eksotik. Nama-nama rumah adat tersebut diantaranya yaitu:
A. Honai
Honai merupakan rumah adat Papua yang menjadi tempat tinggal bagi suku Dani. Biasanya Honai dihuni oleh laki-laki dewasa. Honai berasal dari kata “hun” atau laki-laki dan “ai” yang berarti rumah. Biasanya Honai ditemukan di lembah dan pegunungan. Dinding rumah ini terbuat dari kayu dengan atap jerami yang berbentuk kerucut, sekilas mirip seperti jamur. Bentuk atap ini berfungsi untuk melindungi permukaan dinding dari air hujan, juga mengurangi hawa dingin dari lingkungan sekitar.
Ciri Khas Dari Rumah Adat Papua Honai
Rumah ini tidak memiliki jendela, hanya terdapat satu buah pintu. Rumah ini memiliki tinggi 2,5 meter dan memiliki ruangan yang sempit yaitu sekitar 5 meter. Hal tersebut bertujuan untuk menahan suhu yang dingin di pegunungan. Di bagian tengahnya dibuat lingkaran yang berfungsi sebagai tempat membuat api untuk menghangatkan badan sekaligus penerangan.
Ruangan Rumah Adat Papua Honai Dan Fungsinya
Ruangan di dalam rumah ini terdiri dari dua lantai. Lantai atas berfungsi sebagai tempat tidur sedangkan bagian bawah sebagai tempat berkumpul dan berkegiatan. Masyarakat di sana menggunakan rumput yang dikeringkan sebagai alas tidur. Meskipun sederhana namun rumah ini tetap menarik. Bagian paling bawah dari Honai biasanya juga digunakan sebagai penyimpanan bagi mumi, yaitu jasad yang telah diawetkan. Fungsi lain dari rumah honai yaitu sebagai tempat untuk menyimpan alat perang, benda-benda warisan leluhur serta simbol dari adat suku tersebut.
B. Ebai
Ebai berasal dari kata “ebe” yaitu tubuh dan “ai” yang artinya rumah. Hal ini karena perempuan erupakan tempat tinggal bagi kehidupan. Ebai biasa digunakan untuk melakukan proses pendidikan bagi anak perempuan yaitu para ibu akan mengajarkan hal-hal yang akan dilakukan ketika menikah nanti. Ebai juga sebagai tempat tinggal bagi ibu-ibu, anak perempuan dan anak laki-laki. Namun anak laki-laki yang telah beranjak dewasa akan pindah ke Honai.
Rumah Ebai mirip dengan honai, namun memiliki ukuran yang lebih pendek dan kecil. Berada di samping kanan atau kiri honai serta pintunya tidak sejajar dengan pintu utama.
C. Wamai
Wamai merupakan tempat yang digunakan sebagai kandang ternak peliharaan. Hewan yang biasa dijadikan ternak oleh suku wilayah papua misalnya ayam, babi, anjing dan lain-lainnya.
Bentuk wamai biasanya persegi tapi ada pula bentuk lain, sangat fleksibel tergantung dari besar dan banyaknya jenis hewan yang dimiliki oleh masing-masing keluarga.
D. Kariwari
Kariwari merupakan rumah adat Papua yang dihuni oleh suku Tobati-Enggros yang tinggal di tepi Danau Sentani, Jayapura. Rumah ini merupakan rumah khusus bagi laki-laki yang telah berusia sekitar 12 tahun.
Rumah ini digunakan untuk mendidik anak-anak tersebut mengenai apa yang harus dilakukan oleh laki-laki seperti pengalaman hidup dan mencari nafkah. Mereka diajarkan untuk menjadi laki-laki yang bertanggung jawab dan berani serta kuat. Pelajaran yang didapatkan misalnya membuat perahu, cara berperang, membuat senjata, dan memahat.
Bentuk Dan Struktur Bangunan Rumah Adat Papua Kariwari
Rumah ini memiliki bentuk segi delapan yang menyerupai limas. Bentuk ini dibuat dengan maksud agar mampu menahan hembusan angin yang kuat. Sedangkan atapnya berbentuk kerucut. Menurut kepercayaan masyarakatnya untuk mendekatkan diri kepada para leluhur. Tinggi dari rumah ini berbeda-beda, dari 20-30 meter. Terdiri dari 3 lantai yang memiliki fungsi masing-masing. Lantai paling bawah digunakan untuk tempat belajar para remaja laki-laki. Lantai ke dua digunakan untuk ruang pertemuan pemimpin dan kepala suku serta sebagai tempat tidur kaum laki-laki. Dan lantai ke tiga sebagai tempat meditasi dan berdoa. Lantai pada bangunan ini terbuat dari lapisan kulit kayu, dindingnya terbuat dari cacahan pohon bambu, sedangkan atapnya terbuat dari daun sagu.
Di dalamnya terdapat kayu besi yang digunakan untuk menopang dan saling mengikat satu sama lain. Fungsinya agar atap tidak terlepas dan terbang terbawa angin. Dibawah batang kayu digunakan untuk menyimpan hasil kerajinan, alat perang dan lain-lain.
E. Rumsram
Rumsram merupakan rumah adat Papua dari suku Biak Numfor yang berada di pulau-pulau. Rumah ini ditujukan untuk laki-laki. Seperti kariwari, rumah ini digunakan sebagai tempat untuk mendidik anak remaja laki-laki dalam pencarian pengalaman hidup, serta cara untuk menjadi laki-laki yang kuat dan bertanggungjawab sebagai kepala keluarga kelak.
Bentuk Dan Struktur Bangunan Rumah Adat Papua Rumsram
Rumsram memiliki berbentuk persegi seperti rumah panggung, dengan beberapa ukiran pada beberapa bagiannya dan atapnya mirip seperti perahu terbalik yang menandakan mata pencaharian penduduknya sebagai nelayan. Tinggi Rumsram kurang lebih sekitar 6-8 meter.
Terdiri dari dua tingkat. Lantai pertama bersifat terbuka dan tidak memiliki dinding. Berfungsi sebagai tempat pendidikan bagi laki-laki misalnya membuat perahu, memahat, cara berperang dan lain-lain.
Seperti Kariwari, bangunan rumah rumsram pada bagian lantainya terbuat dari kulit kayu dan dindingnya dari pohon bambu yang di cacah. Memiliki dua buah pintu pada bagian depan dan belakang serta beberapa buah jendela, sedangkan atapnya terbuat dari daun sagu.
5. TARIAN ADAT
Papua, dulunya dikenal dengan nama Irian Jaya. Karena pada tahun 2002, daerah tersebut terbagi menjadi 2 Provinsi. Walau begitu, tarian tradisional yang telah dibuat oleh nenek moyang masih menjadi 1 dalam sementara waktu atas keputusan SENBUD. Berikut beberapa tarian adat Papua :
A. Tari Musyoh
Tari Musyoh merupakan salah satu tarian sakral asal Papua, dan tarian ini diadakan jika ada sanak saudara ataupun warga yang mengalami kecelakaan maut dan diperkirakan arwahnya tidak tenang. Jika kita lihat dari unsur gerakannya, tarian ini mencerminkan masyarakat Papua yang lincah dan energik. Dan biasanya penarinya terdiri dari sekelompok penari pria.
B. Tari Sajojo
Tari Sajojo dibuat untuk mencerminkan budaya warga Papua yang senang bergaul. Tarian ini dapat ditarikan dengan jumlah penari yang sangat banyak, tidak terpatok dengan jenis kelamin dan dapat ditarikan oleh anak muda ataupun tua. Konon, tarian ini sudah ada semenjak tahun 1990-an. Karena gerakannya ceria, tarian ini menjadi terkenal dengan pesat dikalangan penduduk Papua.
Sejarah singkatnya, tarian ini menceritakan seorang bunga desa yang banyak diidolakan dikampungnya.
C. Tari Yospan
Tari Yospan adalah salah satu tarian tradisional asal Papua yang satu kategori dengan Tari Sajojo, dimana tarian ini menandakan pergaulan masyarakat Papua. Hal ini terlihat dengan gerakannya yang sangat energik.
Sejarah singkatnya, Tari Yospan adalah hasil dari penggabungan Tari Pancar dan Tari Yosim. Gerakannya seperti loncat-loncat, jalan-jalan, memutar dan sebagainya terinspirasi dari pertunjukan akrobat pesawat saat zaman penjajahan Belanda.
D. Tari Selamat Datang
Tarian ini dinamakan tari selamat datang karena digunakan untuk menyambut kedatangan tamu besar atau tamu kehormatan di Papua. Penarinya tidak diutamakan harus laki-laki, terkadang ada juga perempuan. Tarian ini menjadi salah satu tarian kebanggaan daerah. karena memiliki gerakan yang enerjik yang mengandung niliai-nilai estetika didalamnya. Tidak ada sejarah singkatnya, namun konon tarian ini sudah lama digunakan oleh masyarakat Papua.
D. Tari Perang
Tari perang merupakan salah satu tarian tradisional Papua. Dimana tarian ini memiliki makna jiwa kepahlawanan masyarakat Papua. Karena tarian ini menunjukan jiwa seseorang yang gagah perkasa. Maka biasanya ditarikan oleh laki-laki dengan pakaian adat tradisional beserta perlengkapan perang.
Sejarah singkatnya, diambil dari kisah zaman dulu yang sering terjadi peperangan antar suku Sentani dan suku-suku lainnya. Kemudian para leluhur membuat tarian ini dengan tujuan memberikan semangat para pasukan Papua. Sekarang, tarian ini hanya simbolik untuk menghargai para leluhur saja yang telah mati-matian melindungi daerah Papua.
sumber :
https://www.wikipedia.org/
http://beautiful-indonesia.umm.ac.id/
https://www.romadecade.org/https://www.netralnews.com/news/rsn/read/110935/mengenal.lebih.dekat.12.suku.suku.asli.p
http://masfikr.com/makanan-khas-papua-yang-unik-dan-bikin-kamu-penasaran/
https://www.shopback.co.id/blog/10-makanan-khas-papua-yang-bikin-kita-semakin-cinta-indonesia
https://1001indonesia.net/bakar-batu-tradisi-unik-dari-papua/
https://randy11blog.wordpress.com/2016/11/23/pernikahan-adat-biak-numfor-papua/
http://ulinulin.com/posts/pesta-bakar-batu-sepotong-keunikan-bumi-papua
https://www.boombastis.com/tradisi-potong-jari/80703
http://www.ragamseni.com/6-tarian-tradisional-papua-yang-sangat-populer/
http://www.resepsedapku.com/resep-sate-ulat-sagu-khas-papua-enak/
https://sumber.com/jalan-jalan-kuliner/papua/budaya-papua/sumber/upacara-tanam-sasi-2.html
Komentar
Posting Komentar