Puisi Hati seorang
anak Bangsa
Kicauan burung terdengar merdu dimana-mana,
Menandakan adanya hari baru,
Indahnya alamku Indonesia membuatku terpaku,
Seperti dunia hanya untuk diriku,
Kupejamkan mataku sejenak,
Kurentangkan tanganku sejenak,
Sejuk , tenang , senang kurasakan,
Membuatku seperti melayang kegirangan.....
Kupejamkan mataku sejenak,
Kurentangkan tanganku sejenak,
Dan semua berubah dan hilang seperti termakan ombak,
Indonesia seperti Wanita Yang Diperkosa,
Diperas sampai habis keindahan dari dirinya,
Diambil kesucian dari dirinya secara paksa...
Ditinggalkan kemudian hingga tidak tersisa apa apa...
Sakit Ibu Pertiwi melihat ini terjadi,
Dan para TIKUS-TIKUS yang tak pernah peduli,
Menutupi pemerkosaan dengan kata kata “UNTUK KEMAJUAN NEGRI”
Membuat seakan kebaikan meskipun ada keburukan yang sedang terjadi,
Apa yang kau harapkan dari si Rambut Pirang itu?,
Apa bedanya mereka dengan Negara Matahari Terbt di jaman dahulu,
Mengatakan Saudara,
Tapi menusuk dibelakangnya,
Membiarkan mereka ‘merusak’ Negeri dengan kata Untuk
Indonesia Satu,
Tapi kenyataanya itu semua hanya ‘tipu-tipu’,
Hanya memikirkan diri sendiri agar tidak jatuh,
Duduk nyaman diantara saudara, teman dan kolega,
Bercanda selayaknya anak TK,
Menghalalkan segala cara,
Hingga lupa pulang
kearah mana,
Indonesiaku
Ibarat Kapal Tua yang berlayar tak tau arah,
Yang Mungkin Arahnya ada,
Tapi nahkoda kita yang tidak bisa membaca,
Mungkin dia bisa membaca....
Tapi tertutup Hasrat membabi buta
Hasrat hidup di keluarga, saudara, kolega dan mungkin istri
muda
Indonesia itu memang seperti kapal tua dengan penumpang
berbagai rupa
Ada dari sumatra, Jawa, Madura, Bali, Sumbawa Hingga Papua
Bersatu dalam Nusantara,
7 kali sudah kita ganti nahkoda
Tapi masih jauh dari kata sejahtera
Dari teriakan kata merdeka sampai hilangnya moral para
pemuda,
Apa yang Bapak Pendiri akan lakukan?
Dia tidak akan melakukan apa apa,
Dia sudah mati,
Apa yang Bapak Pendiri akan katakan?
Dia tidak akan mengatakan apa apa,
kecuali satu wasiat untuk kami,
bahwa perjuangan kami memerangi negri sendiri.
Inilah cerita ‘Kapal Tua’ kita yang bernama INDONESIA
yang takkan tahu akan berlayar sampai kemana,
Penyusun & Editor : Farhan Andika
Referensi : Abdurrahim Arsyad dan Mahasiswa dari Papua di Yogyakarta
Komentar
Posting Komentar