Langsung ke konten utama

Tugas PTSC 1 - Peluang Dan Tantangan Bidang Sumber Daya Manusia Dalam Indudtri 4.0

 

Kelompok 4

3KA01

Alif Murti Prakoso (10118533)

Farhan Andika (12118506)

Mochammad Khalish Mulyadi (14118187)

Salsabila Adinda (16118474)

Tirta Dharma Wijaya Hendrawan (17118092)


Ringkasan Paper Pengantar Teknologi Sistem Cerdas

 

Perkembangan teknologi di setiap zaman selalu memberikan pengaruh terhadap kehidupan manusia. Revolusi industri pertama berlangsung pada tahun 1700-1800-an , teknologi mesin uap dan tenaga air yang berlangsung di Eropa membuat kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat berubah. Dalam dunia industri perkembangan manajemen sumber daya manusia juga dimulai dengan dimunculkannya pengaturan upah, pembagian tanggung jawab atau divisi, pengaturan waktu kerja dan semakin meningkatkan tingkat urbanisasi.

Perkembangan teknologi mesin-mesin dengan tenaga uap dan batubara pada era revolusi industri pertama itu kemudian itu berkembang lagi dengan ditemukannya listrik pada awal tahun 1900-an, tepatnya antara tahun 1870-1969. Pada era ini perkembangan manufaktur yang digerakkan oleh mesin-mesin bertenaga listrik untuk produksi barang secara massal semakin berkembang ke berbagai belahan dunia.

Pada revolusi industri ketiga ini dipimpin oleh Amerika Serikat dan beberapa pemain penting dari Eropa dan Asia (seperti Jepang, Korea dan China). Era ini ditandai dengan berkembangnya kegiatan Penelitian dan Pengembangan (Research and Development- R&D) terutama untuk komputer, chips, dan internet.

Pada era industri ketiga ini , perkembangan bidang manufaktur, elektronik dan TI sudah mengarah kepada mengotomatiskan serangkaian kegiatan yang sebelumnya dilakukan secara manual, bahkan perencanaan dan kontrol. Didorong oleh penghematan biaya, banyak kegiatan manufaktur dipindahkan dari negara industri ke negara-negara terbelakang - terutama di Asia - pada akhir abad ke-20 (Porter; Stentoft dalam Kligenberg, 2017). Di satu sisi, globalisasi mengintensifkan aplikasi TI karena kebutuhan komunikasi sementara di sisi lainnya, karena biaya tenaga kerja dari negara-negara ini rendah, ada beberapa insentif untuk otomatisasi. Meskipun biaya teknologi tidak menghalangi, kesulitan terkait implementasi, seperti instalasi lama, kurangnya pengetahuan, dan kendala organisasi, meningkatkan tagihan menjadi kendala dalam implementasinya .

Menurut Rosyidi (2018) , perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada awal abad 20 telah melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang dikendalikan secara otomatis. Mesin industri tidak lagi dikendalikan oleh tenaga manusia tetapi menggunakan Programmable Logic Controller (PLC) atau sistem otomatisasi berbasis komputer. Dampaknya, biaya produksi menjadi semakin murah.

Penggambaran perkembangan revolusi industri pertama sampai revolusi industri keempat itu digambarkan dalam gambar di bawah ini :

Gambar 1 : Sejarah Revolusi Industri

(Sumber: https://medium.com/@stevanihalim/revolusi-industri-4-0-di-indonesia-

c32ea95033da)

 

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetap mendorong manusia untuk mendapatkan hal-hal yang lebih baik dalam kehidupannya. Perkembangan industri pertama sampai ketiga tetap berjalan seiring dengan keinginan manusia untuk mempermudah kehidupannya dan memenuhi kebutuhan hidup yang semakin kompleks juga. Hal inilah yang mendorong timbulnya istilah revolusi industri keempat atau sering disebut juga dengan Industri

4.0 atau I4.0.

 

A.                 Industri 4.0

 

Istilah Industri 4.0 sendiri secara resmi lahir di Jerman tepatnya saat diadakan Hannover Fair pada tahun 2011 (Kagermann dkk., 2011). Konsep revolusi industri atau dikenal juga dengan industri 4.0 diperkenalkan oleh Prof Klaus Schwab. Kebijakan industri 4.0 di Jerman tersebut bertujuan untuk mempertahankan Jerman agar selalu menjadi yang terdepan dalam dunia manufaktur (Heng, 2013). Kemudian konsep itu berkembang ke nergara-negara lain dengan penyebutan istilah yang beragam dikenal sebagai " Connected Enterprise" di Amerika Serikat dan " Fourth Industrial Revolution " di Inggris . Istilah lain yang sama intinya dengan revolusi industri 4.0 ini adalah Smart Factories, Industrial Internet of Things, Smart Industry, atau Advanced Manufacturing.

Lasi dkk. (2014) menyatakan "Industri 4.0 menggambarkan peningkatan digitalisasi dan otomatisasi lingkungan manufaktur, serta penciptaan rantai nilai digital untuk memungkinkan komunikasi antara produk, lingkungan mereka dan mitra bisnis". Pada prinsipnya dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa industri 4.1 adalah masa terjadinya perubahan (transformation) rantai nilai (value chain) industri yang berbasis teknologi digital, automasi dan integrasi teknologi informasi dan telekomunikasi dengan seluruh proses produksi dan pelayanan industri .

The World Economic Froum (WEF) telah menyatakan bahwa paradigma revolusi industri 4.0 memiliki karakter yang ditandai oleh perpaduan teknologi yang mengaburkan garis antara bidang fisik, digital, dan biologi. Ini adalah transformasi digital dari pasar industri dengan manufaktur pintar yang saat ini berada di garis depan”. Sementara itu menurut Rosyadi (2018), berbeda dengan revolusi industri sebelumnya, revolusi industri generasi ke-4 ini memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas. Kemajuan teknologi baru yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis telah mempengaruhi semua disiplin ilmu, ekonomi, industri dan pemerintah.

Lebih lanjut Gerbert dkk. (2015) menyatakan ada 9 teknologi yang akan mendominasi dalam industri produksi seperti terlihat pada gambar di bawah ini :


Gambar 2 : Sembilan Teknologi Produksi yang Bertransformasi Dalam Industri 4.0 (Sumber : Gerbert dkk, 2015)

 

Kesembilan pilar dalam Industri 4.0 tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1)             Big data and Analytic : Analisis berdasarkan kumpulan data besar baru muncul baru- baru ini di dunia manufaktur, yang mengoptimalkan kualitas produksi, menghemat energi, dan meningkatkan layanan peralatan.

2)             Autonomous Robots : Robot-robot ini lebih otonom, fleksibel, dan kooperatif; mereka dapat berinteraksi satu sama lain dan bekerja dengan aman bersama manusia dan belajar dari mereka; apalagi mereka memiliki jangkauan kemampuan yang lebih besar daripada yang digunakan dalam manufaktur saat ini.

3)             Simulation : Pada tahap rekayasa, simulasi produk 3-D, bahan, dan proses produksi akan digunakan lebih luas dalam operasi pabrik juga; dengan cara ini dapat mencerminkan dunia fisik dalam model virtual, termasuk mesin, produk, dan manusia.

4)             Horizontal and Vertical System Integration : Dewasa ini perusahaan, pemasok, dan pelanggan jarang memiliki kaitan yang erat; hal yang sama menyangkut departemen dari usaha yang sama, seperti teknik, produksi, dan layanan. Fungsi dari perusahaan ke tingkat dasar pabrik tidak sepenuhnya terintegrasi.

5)             The Industrial Internet of Things (IoT) : Banyak sekali perangkat - kadang-kadang termasuk produk yang bahkan belum selesai - akan diperkaya dengan komputasi tertanam dan terhubung menggunakan teknologi standar.

6)             Cybersecurity : Dengan meningkatnya konektivitas dan penggunaan protokol komunikasi standar yang datang dengan Industri 4.0, kebutuhan untuk melindungi sistem industri penting, jalur produksi, dan Data yang dikumpulkan meningkat secara dramatis

7)             Cloud : Dengan Industri 4.0, lebih banyak usaha yang terkait dengan produksi akan memerlukan peningkatan berbagi data lintas situs dan batas-batas perusahaan; pada saat yang sama, kinerja teknologi cloud akan meningkat, mencapai waktu reaksi hanya beberapa milidetik. Bahkan sistem yang memantau dan mengontrol proses dapat menjadi berbasis cloud.

8)             Additive Manufacturing : Dengan pencetakan 3D perusahaan akan dapat mewujudkan prototipe dan komponen individu yang lebih cepat, tetapi juga sejumlah kecil produk yang disesuaikan; Pencetakan 3D dapat didesentralisasi mengurangi jarak transportasi dan stok di tangan.

9)             Augmented reality: Sistem ini mendukung berbagai layanan, seperti memilih bagian di gudang dan mengirim instruksi perbaikan melalui perangkat seluler. Sistem ini - seringkali tertanam dalam perangkat yang dapat dipakai - dapat memberi pekerja informasi real-time untuk ditingkatkan

 

                 Hasil diskusi panel para pakar yang tergabung dalam United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) PBB di Vienna bulan Nop 2016 menyimpulkan terjadinya revolusi industri 4.0 ditandai dengan terjadinya tren automasi dan pertukaran data (automation and data exchange) dalam teknologi manufaktur.

              Menurut Crnjac , Veža dan Banduka (2017) , Industri 4.0 berfokus pada penciptaan produk, proses, dan prosedur yang cerdas. Di pabrik pekerja yang cerdas, mesin dan sumber daya berkomunikasi dengan mudah. Inti dari visi industri 4.0 adalah IoT dan layanan Internet yang berarti konektivitas di mana-mana terjadi pada semua orang, benda dan mesin.

                 Data menjadi sumber keunggulan kompetitif, tidak hanya akan produksi pada dasar terkoordinasi atau benar-benar baru (misalnya, produksi aditif), tetapi juga penanaman produk dengan layanan digital (misalnya, dalam hal terjadi kegagalan, mesin itu sendiri menunjukkan bagian pengganti mana yang harus dibawa), yaitu, bagaimana perusahaan menyaring informasi yang relevan dari data yang dihasilkan untuk mendukung pengambilan keputusan.

Menurut Tjandrawinata (2016) , setidaknya ada tiga hal yang membedakan revolusi industri keempat dibanding revolusi industri sebelumnya. Tiga hal tersebut menjadi alasan mengapa transformasi yang terjadi saat ini bukan merupakan suatu perpanjangan revolusi digital, namun lebih merupakan suatu revolusi transformasi baru adalah : pertama, inovasi dapat dikembangkan dan menyebar jauh lebih cepat dari sebelumnya. Kecepatan terjadinya terobosan-terobosan baru pada era ini terjadi pada skala eksponensial dan bukan lagi pada skala linear; kedua, penurunan biaya produksi marjinal dan munculnya platform yang dapat menyatukan dan mengkonsentrasikan beberapa bidang keilmuan terbukti meningkatkan output pekerjaan ketiga revolusi secara global ini akan berpengaruh besar dan terbentuk di hampir semua negara di dunia, di mana cakupan transformasi ini terjadi pada setiap bidang industri, dan bahkan akan mempunyai dampak menyeluruh pada level sistem di banyak tempat.

B.                 Dampak Umum Industri 4.0

Masuknya suatu industri ke dalam industri 4.0 tentunya dapat membawa dampak berantai terhadap bidang lainnya seperti bidang ekonomi, sosial dan politik. Bagaimanapun perubahan yang terjadi dalam satu bidang kehidupan manusia biasanya akan diikuti dengan perubahan pada bidang lainnya yang saling terkait dan saling pengaruh mempengaruhi. Hal ini juga semakin didorong oleh kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi dalam dunia global.

Industri 4.0 akan potensial meningkatkan produktivitas dan daya saing (productivity and competitiveness), meningkatkan efisiensi energi dan sumber daya, dan secara bersamaan juga melindungi kondisi lingkungan. Pada era ini, ekonomi industri akan memungkinkan produk- produknya untuk di-reused, remanufactured dan recycled. Disebutkan oleh Rojko (2017), dampak dari implementasi fitur-fitur industri 4.0 bisa berakibat terhadap penurunan biaya produksi (10-30%), penurunan biaya logistik (10-30%) dan penurunan biaya manajemen kualitas (10-20%). Selanjutnya disebutkan juga keuntungan lain dari implementasi industri 4.0 adalah :

1)        mempersingkat masa pemasaranan produk baru,

2)        meningkatkan respon dari pelanggan,

3)        peluang untuk mengustomisasi produk tanpa adanya peningkatan biaya produksi ,

4)        lingkungan kerja yang lebih nyaman dan fleksible, dan

5)        lebih efisien dalam penggunaan energi dan sumber daya.

 

Menyikapi era Industri 4.0 ini , Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto mengatakan “Fourth Industrial Revolution (“4IR”) atau Revolusi Industri 4.0 tidak hanya berpotensi luar biasa dalam merombak industri, tapi juga mengubah berbagai aspek kehidupan manusia. Revolusi Industri 4.0 sudah pasti akan menuju Indonesia dan kita siap untuk mengimplementasikannya”. Kementerian Perindustrian telah menetapkan empat langkah strategis dalam menghadapi Industri 4.0. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan tersebut adalah:

1.      Pertama, mendorong agar angkatan kerja di Indonesia terus meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, terutama dalam menggunakan teknologi internet of things (IoT) atau mengintegrasikan kemampuan internet dengan lini produksi di industri.

2.      Kedua, pemanfaatan teknologi digital untuk memacu produktivitas dan daya saing bagi industri kecil dan menengah (IKM) agar mampu menembus pasar ekspor melalui program E-smart IKM.

3.      Ketiga, pemanfaatan teknologi digital yang lebih optimal dalam perindustrian nasional seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented Reality.

4.      Keempat, mendorong inovasi teknologi melalui pengembangan start up dengan memfasilitasi inkubasi bisnis agar lebih banyak wirausaha berbasis teknologi di wilayah Indonesia.

 

Fraccari (2017) mengatakan pada Industri 4.0 akan memiliki dampak terbesar pada bidang-bidang Mesin & Robotika, Otomatisasi, Proses & Kontrol, Energi, Mesin-ke-Mesin (Machine to Machine – M2M), dan Sistem Cerdas (AI) . Entri yang berhasil masuk ke Industri 4.0 bergantung pada kemampuannya untuk merespons perubahan, dan menguasai produk, proses, dan inovasi rantai nilai (value chain) secara berkelanjutan.

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar teknologi ini memiliki efek yang menjangkau batas fungsional. Data produksi dari jalur produksi, misalnya, membantu menyeimbangkan proses produksi untuk perencana produksi dan menyediakan data bagi manajer inventaris yang merencanakan ruang gudang untuk produk akhir atau stok untuk penjualan, serta pembeli yang membeli bahan baku untuk produksi .

Salah satu dampak dari implementasi teknologi 4.0 ini adalah terjadinya penurunan kebutuhan tenaga kerja manusia, semakin panjangnya masa kerja orang-orang yang terampil, dan meningkatkan permintaan kebutuhan yang lebih spesifik dari pelanggan. konsekuensi Industri 4.0 pada pekerjaan, penciptaan dan distribusi kekayaan, belum sepenuhnya dipahami, namun ada kekhawatiran yaitu akan berdampak pada pekerjaan di negara-negara berkembang.

Pertumbuhan dalam Industri 4.0 juga menyoroti salah satu tantangan umum yang ditimbulkan oleh pertumbuhan pesat dalam teknologi informasi dan komunikasi: privasi. Pembagian/penyebaran dan pelacakan informasi, hilangnya kendali atas data, dan pengungkapan informasi tentang kehidupan pribadi konsisten dengan konektivitas baru.

 

C.        Kompetensi SDM Dalam Menghadapi Industri 4.0

 

Perubahan dalam proses industri dalam era industri 4.0 , seperti sudah disebutkan sebelumnya, akan mempengaruhi banyak sisi kehidupan manusia, termasuk sisi ekonomi, sosial, budaya dan politik. Adanya perubahan dalam proses industri yang menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi yang serba modern (digital) , terkoneksi dengan cepat tanpa mengenal jarak, real time yang bisa mendukung pembuatan keputusan lebih tepat dan cepat, menggunakan analisis big data dalam berbagai proses produksi, akan membuat proses produksi berjalan efieisn . Kergroach (2017) bahkan menyatakan otomatisasi tidak lagi terbatas pada tugas-tugas fisik atau manual, tugas-tugas kotor, berbahaya, atau membosankan, tetapi dapat membahayakan banyak pekerjaan intelektual, kognitif, atau kerah putih analitik yang mencakup beberapa tugas rutin, mulai dengan transportasi, dukungan kantor, atau layanan konsumen .

Kemajuan negara-negara industri dan perusahaan-perusahaan yang menerapkan fitur- fitur industri 4.0 di negara negara Eropa, Amerika dan beberapa negara di Asia akan memacu efek berkelanjutan dan berkesinambungan ke negara lain karena adanya globalisasi informasi. Posisi daya saing antar perusahaan dan atau antar negara akan kompetensi SDM yang dimiliknya akan menjadi salah satu topik penting yang memegang peranan dalam industri 4.0.

Haryono (2018) mengatakan dalam menghadapi revolusi industri 4.0, sedikitnya ada tiga hal yang berkaitan dengan SDM yang perlu diperhatikan semua pihak yaitu :

1.      Pertama adalah kualitas, yaitu upaya menghasilkan SDM yang berkualitas agar sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang berbasis teknologi digital.

2.      Kedua, adalah masalah kuantitas, yaitu menghasilkan jumlah SDM yang berkualitas, kompeten dan sesuai kebutuhan industri.

3.      Ketiga, adalah masalah distribusi SDM berkualitas yang masih belum merata.

 

                   Dalam menghadapi industri 4.0 ini , pemerintah Indonesia telah menyusun strategi pengembangan SDM untuk memiliki daya saing yang baik dalam mengimplementasikan era ini. Hal ini sebagai langkah strategis pembangunan Indonesia yang dituangkan ke dalam dokumen strategis Indonesia menghadapi Industri 4.0 “Making Indonesia 4.0”.

                   Dengan perkembangan industri 4.0 tersebut tentunya peranan SDM yang handal sangat diperlukan dan kualifikasi kompetensi SDM yang terlibat di dalam proses industri itu harus dapat mengimbangi atau mengikuti proses tersebut. Kompetensi SDM merupakan karakteristik dasar perilaku individu yang berhubungan dengan kriteria acuan efektif dan atau kinerja unggul di dalam pekerjaan atau situasi atau kompetensi adalah pengetahuan, keahlian, kemampuan, atau karakteristik pribadi individu yang mempengaruhi secara langsung kinerja pekerjaan.

Tabel 1. Karakteristik Kompetensi yang Dibutuhkan Dalam Era Industri 4.0

No

Penulis

Koompetensi yang dibutuhkan

1

Haryono (2018)

-        literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia, humanities, komunikasi dan desain

-        kepemimpinan (leadership) dan bekerja dalam team (teamwork), kelincahan dan kematangan budaya (cultural agility), dengan latar belakang budaya yang berbeda

tetap bisa bekerjasama, dan entreprenurship (termasuk sociopreneurship).

2

Maresova dkk. (2018)

-        keterampilan teknologi IT, perangkat lunak (software), program aplikasi, dan sistem otomatis

-        kemampuan untuk menggunakan perangkat digital, aplikasi, Web 2.0, dan alat elektronik apa pun, tetapi juga keterampilan yang berorientasi pengguna akan diperlukan

-        keterampilan komunikasi, keterampilan sosial, keterampilan organisasi, kerja tim, pekerjaan proyek, tetapi juga kesadaran antar budaya dan,

-        keterampilan bahasa.

3

Kergroach (2017)

-        Kemampuan belajar (life-long learning)

-        Kemampuan pemecahan masalah, intuisi, kreativitas, dan persuasi

-        Keterampilan lunak (soft skill) seperti pengorganisasian diri (Self organization) , manajemen, kerja tim (teamwork) , atau keterampilan komunikasi (communication

skill)

4

Safaun (2018)

-        Etos kerja/karakter/soft skill

-        Penguasaan teknologi dasar (komputer, smartphone) dan teknologi informasi

-        Penguasaan teknologi yang bersifat teknis sederhana bagi pekerja jasa cleaning service, asisten rumah tangga, dsb

-        Kemampuan problem solving bagi lulusan Perguruan Tinggi

-        Bahasa asing (Inggris) bagi tenaga pariwisata (guide, hotel, restoran), konstruksi,

dsb

5

Grzybowska dan Łupicka (2017)

-        Kreatifitas

-        Enterpreunership skill

-        Pemecahan Masalah (Problem solving skill)

-        Pemecahan Konflik (Conflict Solving Skill)

-        Pengambilan Keputusan (Decision Making)

-        Analytical Skill

-        Research Skill

-        Effieciency Orientation

6

Schmid (2017)

-        Technical skill : kemampuan pengontrolan, monitoring dan penanganan gangguan, pengambilan keputusan dan analisis data

-        Data and IT Skill : penanganan data-system, pengembangan program, desain

system, programming, dan data security


 

 

-        Social Skill : kerjasama dan kolaborasi dengan berbagai pihak yang multidisplin ilmu dan orang-orang dari berbagai asal usul, komunikasi yang baik, bekerja dengan result oriented, mampu menggunakan berbagai media modern dengan berbagai platform.

-        Personal skill : bertanggung jawab, kapabilitas analisis berfikir yang kuat, problem

solver mindset, dan kontrol pengorganisasian diri, dsb

7

Prifti dkk. (2017)

-        Technical Skill : Keterampilan berkomunikasi (Communication skill) termasuk didalamnya kemampuan literasi, intercultural competency, presentation ability ,

-        Social Skill : kolaborasi , compromising dan negosiasi , emotional intelligence, teamwork, analytical skill, project management, environment awareness, customer orientation, business network, kepemimpinan dan pengambilan keputusan dan problem solving

-        Technological Skill : pengetahuan ekonomi, service orientation, business process, change management, digital security, data and network, M2M communication,

modelling and programming, cloud computing, statistic and data analytic

 

Sementara itu Kementerian Perindustrian dan Perdagangan menyatakan, bahwa dimasa industry 4.0 akan ada 3 elemen kompetensi ( ability, basic skills, dan cross functional skill) yang sangat berperan bagi SDM untuk dapat bersaing atau menjadi spesifikasi yang dibutuhkan dalam pekerjaan di era industri 4.0 seperti pada gambar berikut ini :

 


Gambar 2 : Keterampilan yang dibutuhkan dalam Industri 4.0 (Modifikasi) (Sumber : https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/presentation/wcms_552349.pdf)


Sementara itu menurut Gray (2016) , World Economic Forum menyimpulkan bahwa pada tahun 2020 akan ada 10 keterampilan yang utama dalam era industri 4.0 seperti terlihat di bawah ini :

 




D.        Penutup

Kehadiran era industri 4.0 sudah berlangsung dan tidak ada yang bisa menolaknya karena industri merupakan salah satu sendi kehidupan manusia yang berkaitan dengan sendi-sendi lainnya seperti ekonomi dan sosial. Industri 4.0 ini membawa perubahan di berbagai sektor industri dan menjadi salah satu hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi yang dikembangkan manusia dalam memenuhi kebutuhannya Industri 4.0 akan mempengaruhi proses produksi diberbagai manufaktur, tetapi secara langsung akan berdampak ke dalam proses bisnis secara keseluruhan dan merangsang terbentuknya model-model bisnis baru yang lebih produktif dan efisien. Bagaimanapun, keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM) tetap akan menjadi sangat penting dalam era ini. Keterampilan (Skill) dan pengetahuan (Knowledge) dasar SDM tentang proses produksi dalam berbagai fitur-fitur transformasi di dalam industri 4.0 (seperti otomasi, Internet of Thing- IoT, artificial intelligence AI, big data, robotic, printer 3D, AR, dll) menjadi hal yang sangat wajib untuk dikuasai kemudian ditambah dengan perilaku-perilaku (attitude) handal termasuk social skill (keterampilan sosial) akan menjadi syarat kualifikasi kompetensi yang wajib dimiliki setiap SDM agar mampu bersaing dan mengambil bagian dalam era terseb


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Papua, Tanah yang Terlupakan Di Makan Kerakusan

       Papua adalah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Papua atau bagian paling timur wilayah Papua milik Indonesia. Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini. Provinsi Papua sebelumnya bernama Irian Jaya yang mencakup seluruh wilayah Papua Bagian barat. Sejak tahun 2003, dibagi menjadi dua provinsi dengan bagian timur tetap memakai nama Papuasedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat. Papua memiliki luas 808.105 km persegi dan merupakan pulau terbesar kedua di dunia dan terbesar pertama di Indonesia. "TANAH YANG TERLUPAKAN DIMAKAN KERAKUSAN" " kerakusan media massa, dan pemerintah indonesia, menutupi hal hal sampai kita terlupakan masig ada segelintir surga yang diberikan ke bumi Indonesia, maka dengan latar belakang seperti itu, saya menyajikan berbagai adat-istiadat yang ada di Papua[Irian Jaya] dan dalam rangka pemenuhan tugas Ilmu Budaya Dasar " Jika dilihat-lihat kembali Banyak adat istiadat di Papua[Ir

Tugas Ke-1 Inovasi SI & New Technology

Sejarah Perkembangan Sistem/Teknologi Informasi   & Review Google Digital Wellbeing Secara pengertian, apa yang dimaksud dengan Sistem Informasi dan Teknologi Informasi adalah hal yang berbeda, dijelaskan sebagai berikut, Teknologi Informasi (TI), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information technology (IT) adalah istilah umum untuk teknologi apa pun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau menyebarkan informasi.  sedangkan, Sistem Informasi (SI) adalah kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas orang yang menggunakan teknologi itu untuk mendukung operasi dan manajemen. Dalam arti yang sangat luas, istilah sistem informasi yang sering digunakan merujuk kepada interaksi antara orang, proses algoritmik, data, dan teknologi.  Dalam konteks Perusahaan, perbedaan keduanya merupakan sebuah status/jabatan serta wewenang didalamnya, secara detail yaitu Sistem informasi mencangkup seluruh sistem didalam