Kelompok 4
3KA01
Alif Murti Prakoso (10118533)
Farhan Andika (12118506)
Mochammad Khalish Mulyadi (14118187)
Salsabila Adinda (16118474)
Tirta Dharma Wijaya Hendrawan (17118092)
Ringkasan
Paper Pengantar Teknologi Sistem Cerdas
Perkembangan teknologi di setiap zaman selalu memberikan
pengaruh terhadap kehidupan manusia. Revolusi industri pertama berlangsung pada
tahun 1700-1800-an , teknologi mesin uap dan tenaga air yang berlangsung di
Eropa membuat kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat berubah. Dalam dunia
industri perkembangan manajemen sumber daya manusia juga dimulai dengan
dimunculkannya pengaturan upah, pembagian tanggung jawab atau divisi,
pengaturan waktu kerja dan semakin meningkatkan tingkat urbanisasi.
Perkembangan teknologi mesin-mesin dengan tenaga uap dan
batubara pada era revolusi industri pertama itu kemudian itu berkembang lagi
dengan ditemukannya listrik pada awal tahun 1900-an, tepatnya antara tahun
1870-1969. Pada era ini perkembangan manufaktur yang digerakkan oleh
mesin-mesin bertenaga listrik untuk produksi barang secara massal semakin
berkembang ke berbagai belahan dunia.
Pada revolusi industri ketiga ini dipimpin oleh Amerika Serikat dan beberapa
pemain penting dari Eropa dan Asia (seperti Jepang, Korea dan China). Era ini
ditandai dengan berkembangnya kegiatan Penelitian dan Pengembangan (Research and Development- R&D)
terutama untuk komputer, chips, dan internet.
Pada era industri ketiga ini , perkembangan bidang
manufaktur, elektronik dan TI sudah mengarah kepada mengotomatiskan serangkaian
kegiatan yang sebelumnya dilakukan secara manual, bahkan perencanaan dan
kontrol. Didorong oleh penghematan biaya, banyak kegiatan manufaktur
dipindahkan dari negara industri ke negara-negara terbelakang - terutama di
Asia - pada akhir abad ke-20 (Porter; Stentoft dalam Kligenberg, 2017).
Di satu sisi, globalisasi mengintensifkan aplikasi TI karena kebutuhan
komunikasi sementara di sisi lainnya, karena
biaya tenaga kerja dari negara-negara ini rendah, ada beberapa
insentif untuk otomatisasi. Meskipun biaya teknologi tidak menghalangi,
kesulitan terkait implementasi, seperti instalasi lama, kurangnya pengetahuan,
dan kendala organisasi, meningkatkan tagihan menjadi kendala dalam
implementasinya .
Menurut Rosyidi (2018) , perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin pesat pada awal abad 20 telah melahirkan teknologi
informasi dan proses produksi yang dikendalikan secara otomatis. Mesin industri
tidak lagi dikendalikan oleh tenaga manusia tetapi menggunakan Programmable Logic Controller (PLC) atau
sistem otomatisasi berbasis komputer. Dampaknya, biaya produksi menjadi semakin
murah.
Penggambaran perkembangan revolusi industri pertama sampai
revolusi industri keempat itu digambarkan dalam gambar di bawah ini :
Gambar 1 : Sejarah Revolusi Industri
(Sumber: https://medium.com/@stevanihalim/revolusi-industri-4-0-di-indonesia-
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetap mendorong
manusia untuk mendapatkan hal-hal yang lebih baik dalam kehidupannya.
Perkembangan industri pertama sampai ketiga tetap berjalan seiring dengan
keinginan manusia untuk mempermudah kehidupannya dan memenuhi kebutuhan hidup
yang semakin kompleks juga. Hal inilah yang mendorong timbulnya istilah
revolusi industri keempat atau sering disebut juga dengan Industri
4.0 atau I4.0.
A.
Industri 4.0
Istilah Industri 4.0 sendiri secara
resmi lahir di Jerman tepatnya
saat diadakan Hannover
Fair pada tahun 2011 (Kagermann dkk., 2011). Konsep
revolusi industri atau dikenal juga dengan
industri 4.0 diperkenalkan oleh Prof Klaus Schwab. Kebijakan industri 4.0
di Jerman tersebut bertujuan untuk mempertahankan Jerman agar selalu menjadi
yang terdepan dalam dunia manufaktur (Heng, 2013). Kemudian konsep itu
berkembang ke nergara-negara lain dengan penyebutan istilah yang beragam
dikenal sebagai " Connected
Enterprise" di Amerika Serikat dan "
Fourth Industrial Revolution " di Inggris . Istilah lain yang sama
intinya dengan revolusi industri 4.0 ini adalah Smart Factories, Industrial Internet of Things, Smart Industry, atau
Advanced Manufacturing.
Lasi dkk. (2014) menyatakan "Industri 4.0
menggambarkan peningkatan digitalisasi dan otomatisasi lingkungan manufaktur,
serta penciptaan rantai nilai digital untuk memungkinkan komunikasi antara
produk, lingkungan mereka dan mitra bisnis". Pada prinsipnya dari
pengertian di atas dapat dikatakan bahwa industri 4.1 adalah masa terjadinya
perubahan (transformation) rantai
nilai (value chain) industri yang
berbasis teknologi digital, automasi dan integrasi teknologi informasi dan telekomunikasi
dengan seluruh proses produksi dan pelayanan industri .
The World Economic
Froum (WEF) telah menyatakan bahwa paradigma revolusi
industri 4.0 memiliki karakter yang
ditandai oleh perpaduan teknologi yang mengaburkan garis antara bidang fisik,
digital, dan biologi. Ini adalah transformasi digital dari pasar industri
dengan manufaktur pintar yang saat ini berada di garis depan”. Sementara itu menurut Rosyadi (2018),
berbeda dengan revolusi industri sebelumnya, revolusi industri generasi ke-4
ini memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas. Kemajuan
teknologi baru yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis telah mempengaruhi
semua disiplin ilmu, ekonomi, industri dan pemerintah.
Lebih lanjut Gerbert dkk. (2015) menyatakan ada 9 teknologi yang akan mendominasi dalam industri produksi seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2 : Sembilan
Teknologi Produksi yang Bertransformasi Dalam Industri 4.0 (Sumber : Gerbert
dkk, 2015)
Kesembilan pilar
dalam Industri 4.0 tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1)
Big data and Analytic
: Analisis berdasarkan kumpulan data besar baru muncul
baru- baru ini di dunia manufaktur, yang mengoptimalkan kualitas
produksi, menghemat energi, dan meningkatkan layanan peralatan.
2)
Autonomous
Robots : Robot-robot ini lebih otonom, fleksibel, dan
kooperatif; mereka dapat berinteraksi satu sama lain dan bekerja dengan aman
bersama manusia dan belajar dari mereka; apalagi mereka memiliki jangkauan
kemampuan yang lebih besar daripada yang digunakan dalam manufaktur saat ini.
3)
Simulation
: Pada tahap rekayasa, simulasi produk 3-D, bahan, dan proses
produksi akan digunakan lebih luas dalam operasi pabrik juga; dengan cara ini
dapat mencerminkan dunia fisik dalam model virtual, termasuk mesin, produk, dan
manusia.
4)
Horizontal
and Vertical System Integration : Dewasa ini perusahaan, pemasok,
dan pelanggan jarang memiliki
kaitan yang erat; hal yang sama menyangkut departemen dari usaha yang sama, seperti
teknik, produksi, dan layanan. Fungsi dari perusahaan ke tingkat dasar pabrik tidak
sepenuhnya terintegrasi.
5)
The
Industrial Internet of Things (IoT) : Banyak sekali perangkat -
kadang-kadang termasuk produk yang bahkan belum selesai - akan diperkaya dengan
komputasi tertanam dan terhubung menggunakan teknologi standar.
6)
Cybersecurity
: Dengan meningkatnya konektivitas dan penggunaan protokol
komunikasi standar yang datang dengan Industri 4.0, kebutuhan untuk melindungi
sistem industri penting, jalur produksi, dan Data yang dikumpulkan meningkat
secara dramatis
7)
Cloud
: Dengan Industri 4.0, lebih banyak usaha yang terkait dengan
produksi akan memerlukan peningkatan berbagi data lintas situs dan batas-batas
perusahaan; pada saat yang sama, kinerja teknologi cloud akan meningkat, mencapai waktu reaksi hanya beberapa
milidetik. Bahkan sistem yang memantau dan mengontrol proses dapat menjadi
berbasis cloud.
8)
Additive
Manufacturing : Dengan pencetakan 3D perusahaan akan dapat
mewujudkan prototipe dan komponen individu yang lebih cepat, tetapi juga
sejumlah kecil produk yang disesuaikan; Pencetakan 3D dapat didesentralisasi
mengurangi jarak transportasi dan stok di tangan.
9)
Augmented
reality: Sistem ini mendukung berbagai layanan, seperti
memilih bagian di gudang dan mengirim instruksi perbaikan melalui perangkat
seluler. Sistem ini - seringkali tertanam dalam perangkat yang dapat dipakai -
dapat memberi pekerja informasi real-time
untuk ditingkatkan
Hasil diskusi panel
para pakar yang tergabung dalam United Nations Industrial Development
Organization (UNIDO) – PBB di Vienna bulan Nop 2016
menyimpulkan terjadinya revolusi industri 4.0 ditandai dengan terjadinya tren
automasi dan pertukaran data (automation
and data exchange) dalam teknologi manufaktur.
Menurut Crnjac , Veža dan Banduka (2017) , Industri 4.0
berfokus pada penciptaan produk, proses, dan prosedur yang cerdas. Di pabrik pekerja
yang cerdas, mesin dan sumber
daya berkomunikasi dengan mudah. Inti dari visi industri 4.0 adalah IoT dan layanan Internet yang berarti
konektivitas di mana-mana terjadi pada semua orang, benda dan mesin.
Data menjadi sumber
keunggulan kompetitif, tidak
hanya akan produksi
pada dasar terkoordinasi atau benar-benar baru (misalnya, produksi aditif), tetapi juga
penanaman produk dengan layanan digital (misalnya, dalam hal terjadi kegagalan,
mesin itu sendiri menunjukkan bagian pengganti mana yang harus dibawa), yaitu,
bagaimana perusahaan menyaring informasi yang relevan dari data yang dihasilkan
untuk mendukung pengambilan keputusan.
Menurut Tjandrawinata (2016) , setidaknya ada tiga hal yang membedakan revolusi industri keempat dibanding revolusi industri sebelumnya. Tiga hal tersebut menjadi alasan mengapa transformasi yang terjadi saat ini bukan merupakan suatu perpanjangan revolusi digital, namun lebih merupakan suatu revolusi transformasi baru adalah : pertama, inovasi dapat dikembangkan dan menyebar jauh lebih cepat dari sebelumnya. Kecepatan terjadinya terobosan-terobosan baru pada era ini terjadi pada skala eksponensial dan bukan lagi pada skala linear; kedua, penurunan biaya produksi marjinal dan munculnya platform yang dapat menyatukan dan mengkonsentrasikan beberapa bidang keilmuan terbukti meningkatkan output pekerjaan ketiga revolusi secara global ini akan berpengaruh besar dan terbentuk di hampir semua negara di dunia, di mana cakupan transformasi ini terjadi pada setiap bidang industri, dan bahkan akan mempunyai dampak menyeluruh pada level sistem di banyak tempat.
B.
Dampak Umum Industri 4.0
Masuknya suatu industri ke dalam industri 4.0 tentunya dapat membawa dampak berantai terhadap bidang lainnya seperti bidang ekonomi, sosial dan politik. Bagaimanapun perubahan yang terjadi dalam satu bidang kehidupan manusia biasanya akan diikuti dengan perubahan pada bidang lainnya yang saling terkait dan saling pengaruh mempengaruhi. Hal ini juga semakin didorong oleh kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi dalam dunia global.
Industri 4.0 akan potensial meningkatkan produktivitas dan daya saing (productivity and competitiveness), meningkatkan
efisiensi energi dan sumber daya, dan secara bersamaan juga melindungi kondisi
lingkungan. Pada era ini, ekonomi industri akan memungkinkan produk- produknya
untuk di-reused, remanufactured dan recycled. Disebutkan oleh
Rojko (2017), dampak dari implementasi fitur-fitur industri 4.0 bisa berakibat
terhadap penurunan biaya
produksi (10-30%), penurunan biaya logistik (10-30%)
dan penurunan biaya manajemen
kualitas (10-20%). Selanjutnya disebutkan juga keuntungan lain dari
implementasi industri 4.0 adalah :
1)
mempersingkat masa pemasaranan produk baru,
2)
meningkatkan respon dari pelanggan,
3)
peluang untuk mengustomisasi produk tanpa adanya
peningkatan biaya produksi ,
4)
lingkungan kerja yang lebih nyaman dan fleksible, dan
5)
lebih efisien dalam penggunaan energi dan sumber daya.
Menyikapi era Industri 4.0 ini , Menteri Perindustrian RI Airlangga
Hartarto mengatakan “Fourth Industrial Revolution (“4IR”) atau Revolusi
Industri 4.0 tidak hanya berpotensi luar biasa dalam merombak industri, tapi
juga mengubah berbagai aspek kehidupan manusia. Revolusi Industri 4.0 sudah
pasti akan menuju Indonesia dan kita siap untuk mengimplementasikannya”.
Kementerian Perindustrian telah menetapkan empat langkah strategis dalam
menghadapi Industri 4.0. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan tersebut
adalah:
1.
Pertama, mendorong agar angkatan
kerja di Indonesia terus meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, terutama
dalam menggunakan teknologi internet of things (IoT) atau mengintegrasikan
kemampuan internet dengan lini produksi di industri.
2.
Kedua, pemanfaatan teknologi
digital untuk memacu produktivitas dan daya saing bagi industri kecil dan
menengah (IKM) agar mampu menembus pasar ekspor melalui program E-smart IKM.
3.
Ketiga, pemanfaatan teknologi
digital yang lebih optimal dalam perindustrian nasional seperti Big Data,
Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan Augmented Reality.
4.
Keempat, mendorong inovasi
teknologi melalui pengembangan start up dengan memfasilitasi inkubasi bisnis
agar lebih banyak wirausaha berbasis teknologi di wilayah Indonesia.
Fraccari (2017) mengatakan pada Industri 4.0 akan memiliki dampak
terbesar pada bidang-bidang Mesin & Robotika, Otomatisasi, Proses &
Kontrol, Energi, Mesin-ke-Mesin (Machine
to Machine – M2M), dan Sistem Cerdas (AI) . Entri yang berhasil masuk ke
Industri 4.0 bergantung pada kemampuannya untuk merespons perubahan, dan
menguasai produk, proses, dan inovasi rantai nilai (value chain) secara berkelanjutan.
Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar teknologi ini memiliki efek yang
menjangkau batas fungsional. Data produksi dari jalur produksi, misalnya, membantu menyeimbangkan proses
produksi untuk perencana produksi dan
menyediakan data bagi manajer inventaris yang merencanakan ruang
gudang untuk produk
akhir atau stok untuk penjualan, serta pembeli yang membeli bahan baku
untuk produksi .
Salah satu
dampak dari implementasi teknologi 4.0 ini adalah terjadinya penurunan
kebutuhan tenaga kerja manusia, semakin panjangnya masa kerja orang-orang yang
terampil, dan meningkatkan permintaan kebutuhan yang lebih spesifik dari
pelanggan. konsekuensi Industri 4.0 pada pekerjaan, penciptaan dan distribusi kekayaan, belum sepenuhnya dipahami,
namun ada kekhawatiran yaitu akan berdampak pada pekerjaan di negara-negara
berkembang.
Pertumbuhan dalam Industri 4.0 juga menyoroti salah satu tantangan umum
yang ditimbulkan oleh pertumbuhan pesat dalam teknologi informasi dan
komunikasi: privasi. Pembagian/penyebaran
dan pelacakan informasi, hilangnya kendali atas data, dan pengungkapan
informasi tentang kehidupan pribadi konsisten dengan konektivitas baru.
C.
Kompetensi SDM Dalam Menghadapi Industri 4.0
Perubahan dalam proses industri dalam era industri 4.0 ,
seperti sudah disebutkan sebelumnya, akan mempengaruhi banyak sisi kehidupan
manusia, termasuk sisi ekonomi, sosial, budaya dan politik. Adanya
perubahan dalam proses industri yang menggunakan teknologi informasi dan
telekomunikasi yang serba modern (digital) , terkoneksi dengan cepat tanpa
mengenal jarak, real time yang bisa
mendukung pembuatan keputusan lebih tepat dan cepat, menggunakan analisis big data dalam berbagai proses produksi,
akan membuat proses produksi berjalan efieisn . Kergroach (2017) bahkan
menyatakan otomatisasi tidak lagi terbatas pada tugas-tugas fisik atau manual,
tugas-tugas kotor, berbahaya, atau membosankan, tetapi dapat membahayakan
banyak pekerjaan intelektual, kognitif, atau kerah putih analitik yang mencakup
beberapa tugas rutin,
mulai dengan transportasi, dukungan kantor, atau
layanan konsumen .
Kemajuan negara-negara industri dan perusahaan-perusahaan
yang menerapkan fitur- fitur industri 4.0 di negara – negara Eropa, Amerika dan beberapa negara di Asia akan memacu efek
berkelanjutan dan berkesinambungan ke negara lain karena adanya globalisasi
informasi. Posisi daya saing antar perusahaan dan atau antar negara akan
kompetensi SDM yang dimiliknya akan menjadi salah satu topik penting yang
memegang peranan dalam industri 4.0.
Haryono (2018) mengatakan
dalam menghadapi revolusi industri 4.0, sedikitnya ada tiga hal yang berkaitan
dengan SDM yang perlu diperhatikan semua pihak yaitu :
1.
Pertama adalah kualitas, yaitu
upaya menghasilkan SDM yang berkualitas agar sesuai dengan kebutuhan pasar
kerja yang berbasis teknologi digital.
2.
Kedua, adalah masalah kuantitas,
yaitu menghasilkan jumlah SDM yang berkualitas, kompeten dan sesuai kebutuhan industri.
3. Ketiga, adalah
masalah distribusi SDM berkualitas yang masih belum merata.
Dalam menghadapi industri 4.0 ini , pemerintah
Indonesia telah menyusun strategi pengembangan SDM untuk memiliki daya saing
yang baik dalam mengimplementasikan era ini. Hal ini sebagai langkah strategis
pembangunan Indonesia yang dituangkan ke dalam dokumen strategis Indonesia
menghadapi Industri
4.0 “Making
Indonesia 4.0”.
Dengan perkembangan industri 4.0 tersebut tentunya peranan SDM yang handal sangat diperlukan dan kualifikasi kompetensi SDM yang terlibat di dalam proses industri itu harus dapat mengimbangi atau mengikuti proses tersebut. Kompetensi SDM merupakan karakteristik dasar perilaku individu yang berhubungan dengan kriteria acuan efektif dan atau kinerja unggul di dalam pekerjaan atau situasi atau kompetensi adalah pengetahuan, keahlian, kemampuan, atau karakteristik pribadi individu yang mempengaruhi secara langsung kinerja pekerjaan.
Tabel 1. Karakteristik Kompetensi yang Dibutuhkan Dalam Era Industri 4.0
No |
Penulis |
Koompetensi yang dibutuhkan |
1 |
Haryono (2018) |
-
literasi data, literasi teknologi dan literasi
manusia, humanities, komunikasi dan desain -
kepemimpinan (leadership)
dan bekerja dalam team (teamwork),
kelincahan dan kematangan budaya (cultural
agility), dengan latar belakang budaya yang berbeda tetap bisa bekerjasama, dan entreprenurship (termasuk sociopreneurship). |
2 |
Maresova dkk.
(2018) |
-
keterampilan teknologi IT, perangkat lunak (software), program aplikasi, dan
sistem otomatis -
kemampuan untuk menggunakan perangkat digital,
aplikasi, Web 2.0, dan alat elektronik apa pun, tetapi juga keterampilan yang
berorientasi pengguna akan diperlukan -
keterampilan komunikasi, keterampilan sosial,
keterampilan organisasi, kerja tim,
pekerjaan proyek, tetapi juga kesadaran antar budaya dan, -
keterampilan bahasa. |
3 |
Kergroach (2017) |
-
Kemampuan belajar (life-long learning) -
Kemampuan pemecahan masalah, intuisi, kreativitas,
dan persuasi -
Keterampilan lunak (soft skill) seperti pengorganisasian diri (Self organization) , manajemen, kerja tim (teamwork) , atau keterampilan komunikasi (communication skill) |
4 |
Safaun (2018) |
-
Etos kerja/karakter/soft skill -
Penguasaan teknologi dasar (komputer, smartphone) dan teknologi informasi -
Penguasaan teknologi yang bersifat teknis
sederhana bagi pekerja jasa cleaning
service, asisten rumah tangga, dsb -
Kemampuan “problem solving” bagi lulusan
Perguruan Tinggi -
Bahasa asing (Inggris) bagi tenaga pariwisata (guide, hotel, restoran), konstruksi, dsb |
5 |
Grzybowska dan Łupicka (2017) |
-
Kreatifitas -
Enterpreunership skill -
Pemecahan Masalah (Problem solving skill) -
Pemecahan Konflik (Conflict Solving Skill) -
Pengambilan Keputusan (Decision Making) -
Analytical Skill -
Research Skill -
Effieciency Orientation |
6 |
Schmid (2017) |
-
Technical skill
: kemampuan pengontrolan, monitoring dan penanganan gangguan, pengambilan keputusan dan analisis data -
Data and IT Skill : penanganan data-system, pengembangan program, desain system, programming, dan data security |
|
|
-
Social Skill : kerjasama dan
kolaborasi dengan berbagai pihak yang multidisplin ilmu dan orang-orang dari
berbagai asal usul, komunikasi yang baik, bekerja dengan result oriented, mampu menggunakan berbagai media modern dengan
berbagai platform. -
Personal skill : bertanggung
jawab, kapabilitas analisis berfikir yang kuat, problem solver mindset, dan kontrol
pengorganisasian diri, dsb |
7 |
Prifti dkk. (2017) |
-
Technical Skill : Keterampilan
berkomunikasi (Communication skill) termasuk didalamnya kemampuan literasi, intercultural competency, presentation
ability , -
Social Skill :
kolaborasi , compromising dan negosiasi ,
emotional intelligence, teamwork, analytical skill, project management,
environment awareness, customer orientation, business network, kepemimpinan
dan pengambilan keputusan dan problem solving -
Technological
Skill : pengetahuan ekonomi, service orientation,
business process, change management, digital security, data and network, M2M communication, modelling and programming, cloud computing,
statistic and data analytic |
Sementara itu Kementerian Perindustrian dan Perdagangan
menyatakan, bahwa dimasa industry 4.0 akan ada 3 elemen kompetensi ( ability, basic skills, dan cross functional skill) yang sangat berperan
bagi SDM untuk
dapat bersaing atau menjadi spesifikasi yang dibutuhkan dalam pekerjaan di era industri 4.0
seperti pada gambar berikut ini :
Gambar 2 : Keterampilan yang dibutuhkan dalam Industri 4.0 (Modifikasi) (Sumber : https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/presentation/wcms_552349.pdf)
Sementara itu menurut
Gray (2016) , World Economic Forum menyimpulkan bahwa pada
tahun 2020 akan ada 10 keterampilan yang utama dalam
era industri 4.0 seperti terlihat
di bawah ini :
D.
Penutup
Kehadiran era industri 4.0 sudah berlangsung dan tidak ada yang bisa menolaknya karena industri merupakan salah satu sendi kehidupan manusia yang berkaitan dengan sendi-sendi lainnya seperti ekonomi dan sosial. Industri 4.0 ini membawa perubahan di berbagai sektor industri dan menjadi salah satu hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi yang dikembangkan manusia dalam memenuhi kebutuhannya Industri 4.0 akan mempengaruhi proses produksi diberbagai manufaktur, tetapi secara langsung akan berdampak ke dalam proses bisnis secara keseluruhan dan merangsang terbentuknya model-model bisnis baru yang lebih produktif dan efisien. Bagaimanapun, keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM) tetap akan menjadi sangat penting dalam era ini. Keterampilan (Skill) dan pengetahuan (Knowledge) dasar SDM tentang proses produksi dalam berbagai fitur-fitur transformasi di dalam industri 4.0 (seperti otomasi, Internet of Thing- IoT, artificial intelligence – AI, big data, robotic, printer 3D, AR, dll) menjadi hal yang sangat wajib untuk dikuasai kemudian ditambah dengan perilaku-perilaku (attitude) handal termasuk social skill (keterampilan sosial) akan menjadi syarat kualifikasi kompetensi yang wajib dimiliki setiap SDM agar mampu bersaing dan mengambil bagian dalam era terseb
Komentar
Posting Komentar